Pages

LINK for DRR : Tulak Bala - Rabu Abeh

TULAK BALA - RABU ABEH

CAPTURING

Di Aceh terdapat sebuah tradisi Tulak Bala (Tolak Bala) atau juga dikenal dengan sebutan Rabu Abeh (Rabu Akhir). Tradisi ini masih sangat kental dilakukan khususnya oleh masyarakat dipesisir pantai barat-selatan Aceh.

Setiap tahun pada rabu terakhir dibulan Safar dalam kalender Islam, masyarakat Aceh akan memanjatkan do’a bersama-sama agar dijauhkan dari segala macam penyakit maupun bencana. Adapun Safar dianggap sebagai bulan pembawa sial atau bala. Oleh sebab itu masyarakat Aceh melakukan ritual untuk menolak bala tersebut.

Dikutip dari atjehwatch.com, Dr. Phil. Abdul Manan, M.Sc, MA (2020) Dosen Antropologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh mengatakan: Bulan Safar, khususnya hari rabu terakhir dibulan Safar, Allah mengizinkan setan untuk turun dari langit menuju ke lautan, ke hutan belantara dan ke berbagai tempat di bumi. Selama masa ini, terdapat larangan untuk membangun rumah, melaksanakan acara pernikahan, menabur benih atau menanam padi dan berbagai kegiatan pembukaan lahan lainnya, mengunjungi orang sakit, melakukan perjalanan dan lain sebagainya. Kecelakaan, wabah penyakit dan bencana dipercaya karena setan menyerang manusia dan binatang ternak.

Ritual tradisi Tulak Bala Rabu Abeh biasanya diisi dengan kegiatan keagamaan seperti shalawat dan dzikir, maupun do’a-do’a untuk menolak bala. Prosesi ini biasanya dipimpin oleh seorang teungku, yaitu seseorang yang ahli dalam bidang Agama. Kemudian dilanjutkan dengan khanduri atau makan bersama dan setelah semua selesai terakhir bersama keluarga dan kerabat akan melakukan prosesi pembersihan diri dengan mandi dilaut, sungai, pemandian ataupun di meunasah (surau). Hal tersebut dipercaya bisa membersihkan tubuh dan jiwa dari seluruh aura negatif yang dapat mengundang bala.

Masyarakat Aceh Singkil Laksanakan Tradisi Tulak Bala di Pantai
(Sumber: www.aceHTrend.com)


VALIDATING


VALIDATED LINK for DRR

Nama LINK

Keterangan

Penjelasan Ilmiah

Tulak Bala Rabu Abeh

Tradisi masyarakat Aceh untuk menolak bala dan bencana dengan memanjatkan do’a di hari rabu terakhir di bulan Safar ditepi pantai, sungai, maupun surau


 -


Ritual tradisi Tulak Bala Rabu Abeh yang dilakukan masyarakat Aceh ini dapat diklasifikasikan sebagai LINK for DRR Kategori-II karena ini adalah kepercayaan berbasis ritual tradisional keagamaan yang tidak dapat dijelaskan oleh sains pada saat ini tetapi dipraktikkan oleh masyarakat untuk membangun ketahanan dan kekuatan secara psikologis dan batin.

Bagi masyarakat Aceh ritual ini dipercaya dapat membantu mereka dalam pengurangan risiko bencana dikarenakan keyakinan akan ajaran leluhur secara turun temurun yang diwariskan kepada mereka yang didasarkan pada ajaran agama Islam. Oleh karena itu kegiatan tradisi inipun diisi dengan do’a-do’a memohon perlindungan kepada Tuhan, Allah Subhanahu Wata’ala, agar dijauhkan dari segala bentuk bala dan bencana.

Secara ilmiah, peristiwa LINK for DRR Kategori-II yang dilakukan masyarakat Aceh dengan melakukan ritual tradisi Tulak Bala Rabu Abeh agar terhindar dari bala dan juga bencana tidak dapat ditemukan penjelasan ilmiah dari ilmuwan untuk menjelaskan hubungan antara melaksanakan do’a bersama dan mandi terhadap kemungkinan terjadinya bencana.