Pages

Siapa GAM Sebenarnya?!

Bagian 1. Pendahuluan

GAM? Ya! GAM! adalah akronim dari Gerakan Aceh Merdeka; sebuah organisasi yang digadang-gadang memiliki tujuan untuk memerdekakan Aceh menjadi sebuah negara tersendiri yang terpisah dan berbeda dengan Indonesia. Organisasi GAM dilaporkan memiliki struktur yang sangat lengkap dan teratur layaknya sebuah Negara; misalnya Perdana Menteri GAM, Menteri Luar Negeri GAM, Menteri Dalam Negeri GAM, Menteri Pertahanan GAM dan Menteri-menteri GAM lainnya bahkan hingga struktur militer seperti Panglima GAM, Komandan GAM, Juru Bicara GAM, dsb.

Terkait dengan sosok pendiri serta waktu pendirian GAM; nama Dr.Tengku Hasan Muhammad di Tiro sering kali diseret-seret sebagai yang bertanggung-jawab atas hal tersebut. Banyak pihak mengklaim bahwa Dr.Tengku Hasan Muhammad di Tiro yang telah mendirikan organisasi dimaksud pada tanggal 4 Desember 1976, bersamaan dengan pembacaan "Deklarasi Kemerdekaan Aceh-Sumatra" yang dilakukannya pada saat itu. Atas dasar klaim ini pula yang kemudian membuat nama beliau acap kali disebut-sebut sebagai Pemimpin dan/atau Pimpinan GAM itu sendiri.

Lain dari pada itu, selain bertujuan untuk memisahkan Aceh dari Indonesia. GAM juga dituduh sebagai sebuah kelompok teroris/separatis bersenjata yang sengaja ingin mengacaukan kondisi keamanan di Aceh dengan menebar teror dikalangan masyarakat; melakukan aksi-aksi kriminal seperti perampokan, pemerasan, penculikan, pembunuhan maupun aksi-aksi kriminal lainnya yang mengancaman keselamatan harta dan jiwa, khususnya terhadap pemerintah dan masyarakat Indonesia yang ada di Aceh demi meraup keuntungan bagi kelompoknya sendiri. Dalam hal ini utamanya keuntungan ekonomi dan finansial.

Menanggapi ancaman tersebut, pemerintah Indonesia kemudian mengirimkan pasukan bersenjatanya (ABRI/TNI/POLRI) ke Aceh dalam jumlah yang sangat besar untuk menanganinya.

Dari 16 kali pelaksanaan operasi militer sejak 1977; Operasi Terpadu pada tahun 2003 adalah operasi militer terbesar yang pernah dilakukan Indonesia di Aceh. Dalam administrasi mereka status Aceh ditingkatkan sebagai wilayah Darurat Militer (DM) yang dilanjutkan dengan tindakan agresi kepada Aceh melalui 42.000 personil pasukan bersenjata yang terdiri dari 30.000 tentara dan 12.000 polisi disertai alat tempur lengkap seperti Panser, Tank, Kapal Perang, Helikopter, Jet Tempur, Senjata Pembunuh, dsb, dsb, sebagai tindak lanjut dalam upaya untuk memburu dan menumpaskan anggota GAM yang diperkirakan berjumlah 5.000 orang.

Sebuah bendera berwarna dasar Merah; dengan 2 garis Putih dibagian atas; 2 garis Putih dibagian Bawah; 1 garis Hitam dibagian atas; 1 garis Hitam dibagian Bawah; dibagian tengahnya terdapat gambar Bulan Sabit dan Bintang yang berwarna Putih; dicap sebagai bendera symbol Gerakan Aceh Merdeka dan/atau GAM.

Apakah semua ini benar?

Atau hanya isu yang digembar-gemborkan oleh beberapa pihak?

Atau hanya sekedar propaganda belaka?

Atau bagaimana??

Sebuah pepatah mengatakan: "Hanya seorang teroris yang akan melakukan perundingan dengan teroris. Orang-orang beradab tidak mungkin mau duduk satu meja dengan penjahat, apalagi harus berunding dengan mereka."

Jika memang organisasi GAM adalah kelompok kriminal teroris/separatis; lantas mengapa pada akhirnya pemerintah Indonesia melakukan perundingan dengan mereka?

Jadi, siapa GAM sebenarnya?!


Bagian 2. Dr. Tengku Hasan M. Di Tiro, LL.D.

Pada 11 Mei 1975, University of Plano, Texas menyematkan gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) dibidang Hukum/Doctor of Laws (LL.D.) kepada Dr.Tengku Hasan Muhammad di Tiro.

Dibeberapa universitas di Eropa, gelar LL.D. merupakan gelar Doktor tingkat tinggi yang biasanya diberikan kepada seseorang atas dasar publikasi yang sangat berkualitas dan memiliki kontribusi penting terhadap studi Hukum. Demikian juga halnya dibeberapa universitas di Afrika Selatan. Di Amerika sendiri, gelar ini lebih dianggap sebagai bentuk penghargaan kepada mereka yang telah memberikan kontribusi mendalam bagi ilmu pengetahuan, kemanusiaan, kesejahteraan umum negara, bangsa, atau dunia.

Tetapi, apapun itu; Honoris Causa Doctor of Laws yang juga tamatan International Law and Political Science Columbia University, New York ini masih saja tidak luput dari tuduhan-tuduhan miring yang dilayangkan pemerintah Indonesia kepadanya. Seseorang yang selain telah dirampas hak-nya dan diusir dari negrinya kemudian ia pun dilabeli sebagai seorang kriminal, teroris dan separatis!

-- Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dideklarasikan oleh Tengku Hasan di Tiro pada 4 Desember 1976, di Gunung Halimon --

Begitulah kira-kira bunyi statement yang sering didengungkan oleh 99,9% penulis dan/atau orang yang membahas soal GAM. Walaupun dengan menggunakan bermacam-macam format penulisan; mereka, selalu saja mengaitkan Dr.Tengku Hasan Muhammad di Tiro (selanjutnya disebut: Dr.Hasan di Tiro) dengan organisasi itu atas alasan "Deklarasi Kemerdekaan Aceh-Sumatra" yang dibacakan dan ditanda-tangani oleh beliau pada tanggal 4 Desember 1976, di Gunung Halimon, Pidië.

Atas dasar itu, dalam hal ini penulis ingin mengajak pembaca untuk menelusuri kebenaran tersebut terlebih dahulu melalui 2 referensi buku catatan harian beliau yang ditulisnya sejak tanggal 4 September 1976 s/d 28 Maret 1979.

Sejauh riset yang telah penulis lakukan sejak tahun 2014 hingga sekarang, penulis berpendapat bahwa buku ini merupakan 'batang utama' yang paling lengkap yang dapat digunakan sebagai referensi. Selain karena kandungan isinya yang memuat tentang aktifitas harian beliau selama bergerilya di Aceh, buku ini juga menyajikan catatan-catatan penting mengenai pemikiran-pemikiran Dr. Tengku Hasan Muhammad di Tiro yang akan membawa kita pada 'ranting-ranting' referensi yang lain.

Buku-buku dimaksud adalah sebagai berikut:

    1. THE PRICE OF FREEDOM: The Unfinished Diary of Tengku Hasan di Tiro. NATIONAL LIBERATION FRONT OF ACHEH SUMATRA. 1984.

    2. JUM MEURDÉHKA: Seunurat Njang Gohlom Lheuh nibak Tengku Hasan di Tiro. ANGKATAN ATJÈH MEURDÉHKA. 1985.

Merujuk pada 2 referensi buku ini, baik yang diterbitkan dalam Bahasa Inggris maupun yang diterbitkan dalam Bahasa Aceh. Dibawah ini penulis kutip teks naskah deklarasi yang terdiri dari 9 paragraf dimaksud; pada pembukaannya dan pada penutupannya, sebagai berikut:

    1. (Tiro, 1984:16-17)

    DECLARATION OF INDEPENDENCE OF ACHEH SUMATRA
    
    To the peoples of the world:

    Etc.

    In the name of the sovereign people of Acheh, Sumatra.
    Tengku Hasan Muhammad di Tiro

    Chairman,
    National Liberation Front of Acheh Sumatra and Head of State

    Acheh, Sumatra, December 4, 1976.

- - - - -

    2. (Tiro, 1985:19-20)

    SURAT PEUNJATA ATJÈH, SUMATRA, MEURDÉHKA

    Keu bansa2 dönja:

    Dll.

    Ateuëh nan bansa Atjèh, Sumatra, njang meurdéhka dan meudèëlat.
    Tengku Hasan Muhammad di Tiro

    Keutuha,
    Angkatan Atjèh Sumatra Meurdéhka dan Wali Neugara

    Atjèh, Sumatra, 4 Désèmbèr, 1976.

- - - - -

Sekilas, dari sini sudah terlihat dengan jelas bahwa tidak ada kalimat "Gerakan Aceh Merdeka" dan/atau akronim "GAM" yang tertulis pada teks naskah deklarasi tersebut. Lantas dari mana pula kalimat dan akronim itu bisa lahir jika pada hal yang menjadi alasannya saja tidak termaktub kata-kata itu?!

Mari kita telusuri lagi...

Walaupun penulis telah menghadirkan bukti melalui referensi kepada para pembaca sekalian bahwa kalimat "Gerakan Aceh Merdeka" beserta akronimnya tidak terdapat didalam teks naskah Deklarasi Kemerdekaan Aceh-Sumatra. Namun, penulis tidak ingin berhenti sampai disitu dan terlalu cepat menyimpulkan sesuatu. Penulis ingin agar kiranya bisa terus membuka peluang selebar-lebarnya untuk menemukan jawaban-jawaban lain didalam banyak kemungkinan-kemungkinan hingga nantinya sampailah ia pada satu titik jenuh.

Dalam metodelogi penelitian khususnya penelitian kualitatif; penelitian dianggap telah sampai pada satu titik jenuh apabila sebanyak apapun jawaban-jawaban baru nantinya ditemukan, walaupun terus mencari dan mencari lagi, tetapi hanya akan mendapatkan hasil yang itu-itu saja dan/atau sama seperti jawaban-jawaban sebelumnya. Maka, itu berarti bahwa penelitian itu telah pun mendapatkan jawabannya.

Hakikatnya, penulis tidak bermaksud mengatakan atau menyandingkan tulisan ini sebagai sebuah penelitian yang menggunakan metodelogi tersebut. Tapi, tidak ada salahnya apabila penulis meminjam istilah dalam metodelogi itu untuk dijadikan wecker serta pedoman dalam karya tulis ini.

Selanjutnya jika kita menelisik lebih dalam, 99,9% penulis dari luar negeri menuliskan organisasi yang didirikan oleh Dr.Hasan di Tiro dengan menggunakan nama "Free Acheh Movement" namun masih menggunakan akronim "GAM" untuk mengidentifikasi organisasi tersebut. Free Aceh Movement bila diterjemahkan kedalam Bahasa Melayu Sumatra maka ia berarti Gerakan Aceh Merdeka dan/atau Gerakan Pembebasan Aceh. Dengan meletakkan akronim GAM setelah penulisan kalimat Free Acheh Movement, dari sini kita dapat mengetahui bahwa penulis-penulis tersebut lebih merujuk pada artian "Gerakan Aceh Merdeka" untuk Free Acheh Movement daripada "Gerakan Pembebasan Aceh". Ini berarti juga para penulis secara sadar mengakui eksistensi bahwa GAM/Gerakan Aceh Merdeka adalah nama dari organisasi yang dibentuk oleh Dr.Hasan di Tiro.

Dalam buku setebal 278 halaman berbahasa Aceh yang diterbitkan ANGKATAN ATJÈH MEURDÉHKA pada tahun 1985; setelah menamatkan pembacaan buku tersebut berkali-kali, penulis sampai hari ini tidak pernah mendapatkan satu kalimat pun tentang "GAM" maupun "Gerakan Aceh Merdeka". Lain hal dengan kalimat "Free Acheh Movement" yang ditulis sebanyak 7 kali dalam buku 225 halaman berbahasa Inggris terbitan NATIONAL LIBERATION FRONT OF ACHEH SUMATRA pada tahun 1984, yang diuraikan sebagai berikut:

    1. This is part I of THE PRICE OF FREEDOM THE UNFINISHED DIARY OF TENGKU HASAN M. di TIRO, President of the National Liberation Front of Acheh Sumatra or the Free Acheh Movement. (Tiro, 1984:i)

    2. The Free Acheh Movement or the NLFAS is essentially a peaceful, educational movement: It was the Javanese Indonesian colonialists who used violence to suppress us. Anything that happened there-after was the necessary reaction from us in self-defence. (Tiro, 1984:i)

    3. They all joined the Free Acheh Movement, that is, the National Liberation Front of Acheh Sumatra. (Tiro, 1984:11)

    4. When he knew that I had come back to Acheh he came to enroll his son to be among the first revolutionary cadres of Free Acheh Movement, and he himself has never left my sight ever since. (Tiro, 1984:12)

    5. A little bit of a boaster, if one heard him speaks, the Sayed would claim to be no less than a preceptor of the whole idea of Free Acheh Movement and would take credit for having recalled me from the United States. (Tiro, 1984:66)

    6. "I came back to Djeunieb and tried to find contact with the Free Acheh Movement." (Tiro: 1984:223)

    7. His case shows the grass roots nature of the FREE ACHEH MOVEMENT or the NATIONAL LIBERATION FRONT OF ACHEH SUMATRA. (Tiro, 1984:225)

Sekarang sudahlah terang-benderang bahwa memang kalimat "Free Acheh Movement" yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu Sumatra berarti "Gerakan Aceh Merdeka" dan/atau "Gerakan Pembebasan Aceh" itu ada dan terdapat dalam buku catatan harian Dr.Hasan di Tiro terbitan tahun 1984.

Tapi, apakah Free Acheh Movement yang dimaksud beliau itu adalah pemilik dari akronim tiga huruf yang disebut "GAM"?! Kenapa bukan "FAM"??

Dari 7 kali penyebutan kalimat "Free Acheh Movement", kita sama-sama dapat melihat bahwa memang akronim "GAM" tidak ada disana. Penulisan Free Acheh Movement dalam buku tersebut digunakan sebagai kalimat pengganti dari "National Liberation Front of Acheh Sumatra" yang memiliki akronim "NLFAS" (Tiro, 1984:i,11,225).

Masih didalam buku yang sama kalimat "Free Acheh Movement" dimaksud kemudian disandingkan dengan akronim "NLFAS" (Tiro, 1984:i) bukan "GAM". Ini berarti juga bahwa "Free Acheh Movement bukanlah nama sebenarnya dari organisasi yang dibentuk melainkan sebuah julukan yang digunakan untuk mempermudah penyebutan National Liberation Front of Acheh Sumatra (NLFAS).

Untuk menelusuri lebih jauh, dengan ini penulis sertakan 7 poin yang sama dari 7 kali penyebutan kata "Free Acheh Movement" sebagai pembanding dengan referensi buku cacatan harian Dr.Hasan di Tiro terbitan tahun 1985, yang diuraikan sebagai berikut:

    1. Njoë nakeuh Bagian I nibak kitab JUM MEURDÉHKA: SEUNURAT NJANG GOHLOM LHEUH NIBAK TENGKU HASAN DI TIRO, Presiden Angkatan Atjèh Meurdéhka. (Tiro, 1985:i)

    2. Angkatan Atjèh Meurdéhka nakeuh saboh geurakan pendidékan dan geurakan damè, njang legal menurót Hukóm Internasional dan Hukóm Nanggroë Atjèh. Kaphé penjajah Indonesia/Jawa-keuh njang djak ngui beudé djikeumeung peuhantjó geutanjoë. Peuë njang teujadi lheuëhnjan, hana laén nibak beunalaih - reaksi - dari geutanjoë bak bila droë. (Tiro, 1985:i)

    3. Bandum ureuëng njan geutamong dalam Angkatan Atjèh Meurdéhka. (Tiro, 1985:14)

    4. Watèë geuteupeuë ulôn ka woë, Pawang Baka geuteuka geudjak peudjôk aneuk agam-geuh keu teuntra Atjèh Meurdéhka. Mulai watèë njan gobnjan hana djarak lé ngon ulôn. (Tiro, 1984:15-16)

    5. Meunjoe teudeungo haba Sajéd, droëneuhnjankeuh njang peuphôn Atjèh Meurdéhka dan njang juë woë ulôn dari Amrika! (Tiro, 1985:80)

    6. -- Poin ini tidak terdapat dalam buku terbitan 1985; yang merupakan percakapan antara Dr.Hasan di Tiro dan Shaiman Abdullah seorang Kapten kapal --

    7. Njoëkeuh saboh tanda treuk bahwa Angkatan Atjèh Meurdéhka ka djeuët keu geurakan umum bansa Atjèh ban saboh Nanggroë. (Tiro, 1985:278)

Berdasarkan 6 dari 7 poin yang telah diuraikan, kalimat "Free Acheh Movement" dalam Bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam Bahasa Aceh pada buku tersebut sebagai "Angkatan Atjèh Meurdéhka" dan bukan "Gerakan Aceh Merdeka".

Angkatan Atjèh Meurdéhka yang dimaksud adalah nama organisasi yang memiliki akronim "AGAM" yang berarti juga National Liberation Front of Acheh Sumatra dengan akronim "NLFAS" yang didirikan pada tanggal 30 Oktober 1976 oleh Bangsa Aceh. (Tiro, 1980:29)

Adapun statement diatas merujuk pada referensi sebagai berikut:

    1. Atjèh Dalam Hukom Internasional. ANGKATAN ATJÈH MEURDÉHKA. 1980.

    2. The Legal Status Acheh Sumatra Under International Law. NATIONAL LIBERATION FRONT OF ACHEH SUMATRA. 1980.

- - - - -


Checkpoint Bagian.2 :

Dr.Hasan di Tiro bukanlah pendiri dari organisasi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang berdiri pada tanggal 4 Desember 1976 dan bukan pula pemimipin dari organisasi yang digadang-gadang sebagai kelompok kriminal teroris/separatis oleh pemerintah Indonesia itu. Akan tetapi beliau adalah Ketua I dari organisasi National Liberation Front of Acheh Sumatra (NLFAS)/ Angkatan Atjèh Meurdéhka (AGAM) yang didirikan oleh Bangsa Aceh pada 30 Oktober 1976; dan Wali Neugara Acheh yang membacakan dan menandatangani Surat Pernyataan dan/atau Deklarasi Acheh Sumatra Merdeka atas nama Bangsa Acheh, Sumatra yang Merdeka dan Berdaulat.

Lantas, Siapa GAM Sebenarnya?!

*Bagian 3. Asal Usul Istilah GAM (Gerakan Aceh Merdeka)

Bersambung...